1

Hidup Adalah Pilihan

PILIHAN

Oleh: Muhammad Nuh

Hidup penuh pilihan, seperti itulah kesimpulan pendek ketika rute hidup selalu berhadapan pada pertigaan, perempatan jalan pilihan. Saat itulah kendaraan hidup harus berani menentukan pilihan, kalau kendaraan ingin terus melaju pada titik tujuan.

Pada kenyataannya, kegiatan memilih memang bukan sesuatu yang menyenangkan. Sulit, bahkan kadang menyesakkan. Karena pilihan kerap menawarkan banyak kemungkinan. Itulah yang dirasakan seorang ibu ketika terkatung-katung dalam aneka pilihan masakan saat berada di pasar. Mau masak apa? Seperti itu pula ketika lulusan SMU sibuk meneropong masa depannya. Mau pilih jurusan apa?

Pada keadaan tertentu, manusia kadang lebih bodoh dari hewan, ketika pilihan tak memiliki rambu. Beberapa jenis burung dan serangga bisa tak salah pilih jalan ketika bermigrasi melintas benua tanpa berbekal radar. Bahkan ketika ada rambu pun pilihan manusia bisa salah. “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. 76: 3)

Kenapa? Jawabannya mirip dengan anak kecil yang diperintah ibunya membeli sepuluh telur. Si anak berangkat dengan berbekal rambu yang jelas. Di tengah jalan, anak itu tertarik dengan jajanan permen. Kenapa mesti beli sepuluh, piker sang anak. Bukankah enam saja sudah cukup. Dan uang kembaliannya bisa dibelikan permen. Semua anggota keluarga bisa makan telur, dan permen bisa terbeli.

Ternyata bukan hanya rambu dan akal yang ikut bermain menentukan pilihan. Nafsu pun tak mau ketinggalan. Sehingga akhir pilihan memenuhi dua keuntungan: ada yang tercukupi, dan ada yang terpuaskan. Cukup buat tuntunan rambu. Dan terpuaskan buat sang nafsu.

Hidup memang tidak bisa lepas dari kegiatan memilih. Selalu saja ada perempatan atau pertigaan jalan pilihan. Siapkan rambu dan akal sehat. Karena nafsu memang tak akan pernah terpuaskan.

Sumber: Majalah Saksi; Rubrik Nasihat Edisi 1 Tahun VII/2004

0

Makalah IBD, ISD, IAD : Manusia

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk Tuhan yang sempurna, berakal dan berbudi (Kamus Bahasa Indonesia). Di antara semua makhluk yang Allah ciptakan, hanyalah manusia yang diciptakan dengan bentuk yang sempurna, sesuai dengan Firman Allah SWT

لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (التين : 4)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Al-Tiin : 4)

Dilihat dari asal penciptaannya, manusia tersusun dari unsur bumi dan unsur langit. Unsur bumi karena manusia diciptakan dari sari pati tanah. Unsur langit karena setelah proses penciptaan fisiknya sempurna, Allah meniupkan ruh kepadanya. Dari kedua unsur tersebut, manusia disimbolkan dengan tiga unsur utama, yaitu hati, akal, dan jasad.

B. PERUMUSAN MASALAH

Kehidupan manusia sangat kompleks, sehingga banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan manusia berupa kebutuhan, fungsi dan tugas manusia. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai:

1. Keutuhan manusia

2. Kebutuhan manusia

3. Hakikat manusia

4. Alam kehidupan manusia


BAB I

KEUTUHAN MANUSIA

Sebagaiman telah dijelaskan di atas bahwa manusia memiliki tiga unsur utama, yaitu jasad, hati dan akal.

1. Hati

Rasulullah mengatakan bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Bila daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Namun, bila daging itu rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Meskipun hati – secara fisik- sangat menentukan kesehatan tubuh, namun dilihat dari konteks pembahasan ayat-ayat maupun hadits nabawi yang berbicara tentang qalbu (hati) yang dimaksud bukan hati fisis. Ia abstrak, termasuk unsur rohani, yang merasakan haru, bahagia, suka, duka, sedih, gembira, dan emosi yang lainnya. Hati yang berbolak-balik di antara berbagai perasaan itu. Karena tidak berada pada satu keadaan itulah kemudian dinamakan qalb. Berdasarkan termologi bahasa, qalb berasal dari qalaba yang berarti berbolak-balik. Dalam konteks kekhalifahan, di dalam hatilah tersimpan potensi besar untuk berniat dan bertekad.

2. Akal

Imam Ghazali memasukkan akal sebagai bagian dari hati, sehingga beliau memasukkan tafakkur (kerja akal) ke dalam bab dzikr (yang merupakan kerja hati). Allah mengatakan bahwa pemahaman merupakan pekerjaan hati.

......لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا ....... (الأعراف : 179)

………Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) ……” (Al-A’raf: 179)

Akal juga bukan otak, karena otak bahasa arabnya dimagh, yang ini bersifat fisik. Dengan demikian, akal pn abstrak. Akal termasuk karunia Allah yang terbesar bagi manusia karena dengan akal inilah manusia menjadi makhluk yang paling istimewa. Dengan akal itu manusia dapat memahami berbagai hal yang Allah ajarkan kepadanya. Dalam konteks kekhalifahan, akal memberi manfaat yang besar kepada manusia dalam bidang ilmu pengetahuan hingga dapat melakukan pengembangan dan inovasi.

Terlepas dari perbedaan tentang hakikat hati dan akal, yang jelas kita dapat merasakan keberadaannya. Lebih penting lagi adalah bagaimana memanfaatkan keduanya secara baik. Dengan hati, manusia bercita-cita, berobsesi, dan bertekad. Dengan akal ia memperoleh ilmu yang ia gunakan untuk merencanakan strategi demi mencapai tujuan.

3. Jasad

Jasad sangat mudah dikenali, karena ia dapat kita lihat dan kita raba. Karena itu tidak ada perbedaan tentang hakikat jasad ini. Yang terpenting bagi manusia adalah menggunakannya sebagai pelaksana bagi apa yang telah ditekadkan oleh hati dan direncanakan oleh akal. Tanpa jasad, tekad dan pengetahuan hanya akan menjadi impian dan teori yang kosong.

Hati, akal, dan jasad adalah anugerah Allah yang harus digunakan untuk menjalankan amanah yang langit, bumi, dan gunung tak sanggup mengembannya. Amanah itu tidak lain adalah ibadah dan khilafah. Yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana manusia menunaikan amanah itu.

Keutuhan manusia secara lahir dengan jasad dan secara bathin dengan hati dan akal, semuanya tertuju untuk menjalankan beriman dan bertaqwa untuk menjalankan amanah yang dibebankannya.


BAB II

KEBUTUHAN MANUSIA

A. KEBUTUHAN INDIVIDU

Zakiyah Darajat sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia terbagi atas 2 kebutuhan, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.

Kebutuhan primer yaitu kebutuhan jasmaniyah: makan, minum, seks dan sebagainya (kebutuhan ini didapat manusia secara fitrah tanpa dipelajari). Beberapa kebutuhan primer di antaranya:

a. Sandang. Manusia membutuhkan makanan untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalankan segala aktifitasnya. Sandang yang baik adalah yang memenuhi kriteria empat sehat lima sempurna. Tapi bukan hanya itu saja, dalam pandangan Islam sandang yang baik adalah sandang yang sesuai dengan apa yang ditunjukkan dalam syari’at Islam yaitu halalan (harus halal). Sebagaiman firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (١٦٨)

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

b. Pangan. Untuk menjaga kehormatan manusia, untuk menghias pribadi, manusia memerlukan pakaian. Bukan hanya sebagai hal itu saja, tetapi pakaian juga disyari’atkan oleh agama Islam sebagai alat untuk menutup aurat. Bahkan disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa Allah SWT memerintahkan untuk memakai pakaian yang bagus ketika hendak beribadah kepada Allah SWT.

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al-A’raf : 31)

c. Papan. Manusia memiliki kebutuhan untuk beristirahat setelah melakukan kegiatan sehari-hari. Rumah untuk tempat tinggal dan menjalani kehidupan keluarga.

d. Kebutuhan seks. Manusia, terutama pada masa remaja kebutuhan ini demikian menonjolnya sehingga mendatangkan pengaruh-pengaruh negative, tidak terpenuhinya kebutuhan seks ini akan mendatangkan gangguan-gangguan kejiwaan dalam tindakan abnormal.

e. Melarikan diri. Kebutuhan manusia akan perlindungan dan keselamatan jasmani dan rohani. Usaha menghindarkan diri dari bahaya atau sesuatu yang dianggap berbahaya merupakan reaksi yang wajar sebagai usaha proteksi.

f. Pencegahan. Kebutuhan manusia untuk mencegah terjadinya reaksi melarikan dirib. Kebutuhan ini menyalurkan manusia ke arah penerimaan tantangan dari luar kemudian menekan, menantang, atau menyalurkannya.

g. Ingin tahu. Kebutuhan rohani manusia untuk ingin selalu mengetahui latar belakang kehidupannya. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kodrat kehidupannya. Penyaluran kebutuhan akan rasa ingin tahu inilah yang telah banyak berperan dalam meningkatkan kebudayaan manusia baik kebudayaan material dan spiritual.

h. Humor. Kebutuhan manusia untuk mengendorkan beban kejiwaan yang dialaminya dalam bentuk verbal dan perbuatan. Sigmund Freud membagi humor atas

a. Aggressive Wit, yaitu humor yang menyinggung orang

b. Harmsless Wit, yaitu humor yang tidak menyinggung orang lain

Kebutuhan sekunder atau kebutuhan rohaniah: jiwa dan sosial. Kebutuhan ini hanya terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia masih kecil. Di antaranya:

1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang

2. Kebutuhan akan rasa aman

3. Kebuthan akan rasa harga diri

4. kebutuhan akan rasa bebas

5. kebutuhan akan rasa sukses

6. kebutuhan akan rasa ingin tahu

B. KEBUTUHAN SOSIAL

Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari luar sebagai stimulus seperti layaknya pada binatang. Kebutuhan sosial pada manusia berbentuk nilai. Jadi kebutuhan itu bukan semata-mata kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohaniah.

Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari:

a. Pujian dan hinaan

b.Kekuasaan dan mengalah

c. Pergaulan

d.Imitasi dan simpati

e. Perhatian

C. KEBUTUHAN TERHADAP AGAMA

Selain berbagi macam kebutuhan yang disebutkan di atas, masih ada lagi satu kebutuhan manusia yang sangat perlu diperhatikan, yaitu kebutuhan beragama, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang beragama (homo religius). Ahmad Yamanu mengemukakan bahwa tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya disamping rasa ketakutan terhadap rasa keberangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya disaat-saat yang gawat.

Manusia dimanapun dia berada dan kemanapun mereka hidup secara kelompok atau sendiri-sendiri telah terdorong ke arah perbuatan dengan memperagakan diri dalam bentuk pengabdian kepada zat yang Maha Tinggi. Salah satu cirri fitrah ini ialah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebahagiaan dari fitrahnya.

Fitrah berarti potensi untuk ber-Islam. Pemaknaan semacam ini dikemukakan oleh Abu Hurairah bahwa fitrah berarti beragama Islam. Sabda Nabi SAW:

Bukanlah aku telah menceritakan kepadamu tentang sesuatu yang Allah telah menceritakan kepadaku dalam kitab-Nya bahwa Allah menciptakan Adam dan anak cucunya untuk berpotensi menjadi orang-orang Islam yang suci. (HR. Iyadh ibn Khumair)

BAB IV

HAKIKAT MANUSIA

A. MAKHLUK INDIVIDUAL

Individu (bahasa Perancis) artinya orang seorang. Kata ini selalu mengacu pada manusia dan tidak pada yang bukan manusia; dalam hal ini adalah satu orang manusia. Kata sifatnya adalah individuet (bahasa Perancis) menunjuk pada satu orang yang sekaligus untuk membedakannya dengan masyarakat (individu and society), dan juga dimaksudkan ciri-ciri khas yang melekat pada satu orang tersebut. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya identitas yang khusus, disebut sebagai keperibadian.

Dengan pengalaman yang ada individu akan mencoba membandingkan satu fenomena dengan fenomena yang lain yang pernah ia persepsikan, dan akan sampai pada penyusunan suatu penggambaran baru yang abstrak yang benar-benar berbeda dengan semua fenomena itu. Kemampuan individu dalam tahap ini dikenal sebagai konsep.

Untuk menjadikan konsep itu lebih hidup, individu akan berusaha menggabungkannya dengan penggambaran yang sering kita jumpai dalam kenyataan masyarakat ini, ini disebut dengan fantasi.

Untuk keperibadian selanjutnya adalah perasaan. Perasaan selalu bersifat subjektif, dan tidak pernah objektif. Oleh karena itu sangatlah sulit mencari referensinya. Misalnya perasaan bersalah yang ada pada seseorang akan melahirkan suatu kehendak untuk menebus atau minimal untuk memperkecil kesalahan itu.

Keperibadian atau keunikan individu ini akan dapat dipahami dengan mempelajari unsur-unsur yang menyebabkan keunikan tersebut. Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur keperibadian meliputi pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.

Manusia sebagai individu harus bisa menjaga dirinya sendiri dan harus bisa mengembangkan potensi yang ada dengan memanfaatkan keperibadian dan keunikan yang dimilikinya.

B. MAKHLUK SOSIAL

Manusia sebagai makhluk sosial bergaul dengan individu lain sehingga membentuk suatu kelompok yang kemudian memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang disebut sebagai masyarakat.

Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek dan cucu. Antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan untuk melakukan kesalahan sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat sosial ini selalu timbul pada diri setiap manusia ada sesuatu saling membutuhkan. Manusia dalam kehidupannya tidak bisa sendiri-sendiri, pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia dengan berinteraksi dengan yang lain akan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada, baik dengan cara bergotong royong atau dengan melakukan musyawarah bersama anggota masyarakat yang lain.

C. MAKHLUK CIPTAAN ALLAH

Manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. dengan bentuk yang sangat sempurna, berbeda dengan makhluk lain. Dalam kaitannya manusia sebagai makhluk Allah, maka manusia memiliki kewajiban untuk mengabdi pada Dzat yang telah menciptakannya. Sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Al-Dzariyat : 56)

Bentuk peribadahannya sangatlah banyak, baik dilihat dari segi fiqih, tauhid, tashawuf, dan lain-lain. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi.


BAB V

ALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Ayat-ayat mengenai kejadian manusia semuanya dalam bentuk pengajaran dan nasehat yang mengajak manusia memperhatikan periode-periode janin manusia yang dapat dilihatnya dengan mudah. Dalam ayat-ayat ini dengan sengaja dinyatakan untuk menunjukkan kekuasaan Tuhan untuk membangkitkan manusia sesudah mati. Di antara ayat-ayat itu adalah :

فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (٥)خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (٦)يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (٧)إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ (٨) (الطارق : 5-8)

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan?Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Sesungguhnya Allah benar-benar Kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (Al-Thariq : 5-8)

Kalau kita perhatikan, ayat di atas menunjukkan jalur kehidupan manusia. Dimulai manusia diciptakan dari sari pati tanah (air mani) yang kemudian di simpan dalam rahim (alam bathni) sehingga menjadi sosok manusia yang sempurna dan kemudian lahir ke dunia (alam fana) dan menjalani kehidupannya.

Dalam kehidupannya, sesuai dengan ayat di atas, manusia harus sadar bahwa ia diciptakan dari setetes air mani yang sangat hina, maka tidak sepantasnya ia berbuat dhalim di muka bumi ini. Dan ia pun harus sadar, bahwa ia akan mengalami kematian dan akan ditanya oleh malaikat munkar dan nakir di dalam kubur (alam kubur). Dan suatu saat nanti manusia akan dibangkitkan dari alam kubur untuk menerima balasan atas perbuatan baik dan buruk selama hidup di dunia, yakni di alam akhirat (alam baqa).


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an in Word softwere

Yasin, Sulkan dan Sunarto Hapsoyo. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya : Mekar

Jasiman. Lc. 2005. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Solo : Aulia Press

Langgulung, Hasan Prof. Dr. 2003. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Pustaka Al-Husna Baru

Noor, M. Arifin Drs. H. 1999. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia

0

Makalah Bimbingan dan Konseling : Pendidikan Keagamaan


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konseling merupakan sebagai salah satu upaya professional adalah berdimensi banyak. Jika dilihat dari latar belakangnya, konseling muncul karena adanya sejumlah petanyaan yang perlu dijawab individu dan untuk itu perlu adanya bantuan professional. Jika dilihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan professional yang sejajar dengan misalnya, psikiatris, psikoterapi, kedokteran, dan penyuluhan sosial. Dilihat kedudukannya dalam proses keseluruhan bimbingan, guidance, konseling merupakan bagian integral, atau teknik andalan, bimbingan dan di sini orang lazim menggabungkannya menjadi “Bimbingan dan Konseling”

Manusia menurut sifat hakikinya adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya.

Apabila manusia dan lingkungannya bersikap acuh tak acuh atau bahkan melecehkan ajaran agama, dipastikan akan mengalami kehidupan yang tuna agama, tidak akrab dengan nilai-nilai atau hukum-hukum agama, sehingga perilakunya akan bersifat impulsive, instinktif, atau hanya mengikuti hawa nafsu. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan konseling yang sifatnya religius. Maka dalam paper ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan konseling religius.

B. TUJUAN

Paper ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Sebagai ajuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

2. Memahami tentang konseling yang berhubungan dengan masalah keagamaan


Text Box: BAB 2PENDEKATAN KEAGAMAAN

DALAM PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING

A. KONSELING ISLAM

a. Pengertian

Terkait dengan konseling islami ini, berikut dikemukakan beberapa pengertiannya.

1. Imam Magid (www.isna.net) sebagaimana dikutip oleh Dr. Syamsu Yusuf (2005:70) mengemukakan bahwa “Islamic Counseling emphasizes spiritual solutions, based on love and fear of Allah and the duty of fulfil our responsibility as the servants of Allah on this earth”. Selanjutnya dia mengatakan bahwa konseling islami itu diorientasikan untuk memecahkan masalah (a) pernikahan dan keluarga, (b) kesehatan , dan (c) kesadaran beragama.

2. Proses bantuan yang diberikan kepada individu (baik secara perorangan maupun kelompok) agar memperoleh pencerahan diri dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama (aqidah, ibadah, dan akhlak mulia) melalui uswatun hasanah (contoh tauladan yang baik), pembiasaan atau pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yang berlangsung sejak usia dini sampai usia tua, dalam upaya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran dan komitmen beragamanya (primordial kemakhlukannya yang fitrah = tauhidullah) sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan kebahagiaan hidup bersama, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

4. Proses pemaknaan diri dalam kebermaknaan sosial, atau proses pengembangan pribadi yang bercirikan keshalihan individual (ritual) dan keshalihan sosial.

b. Prinsip

Menurut dia, konseling islami mempunyai beberapa prinsip, yaitu; (a) kerahasiaan (confidentiality), (b) kepercayaan (trust), (c) kecintaan berbuat baik kepada orang lain, (d) mengembangkan sikap persaudaraan, atau menciptakan sikap damai di antara sesama, (e) memperhatikan masalah-masalah kaum muslimin, (f) memiliki kebiasaan untuk mendengarkan yang baik, (g) memahami budaya orang lain, (h) adanya kerjasama antara ulama dan konselor, (i) memiliki kesadaran hukum, (j) bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, dan (k) menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai model (uswatun hasanah) utama dalam kehidupan, khususnya menyangkut sikap kasih sayangnya kepada orang lain.

Konseling ini merupakan proses motivasional kepada individu (manusia) agar memiliki kesadaran untuk “come back to religion”. Karena agama akan memberikan pencerahan terhadap pola sikap, pikir dan perilakunya kea rah kehidupan personal dan sosial yang sakinah, mawadah, rahmah, dan ukhuwah, sehingga manusia akan terhindar dari mental yang tidak sehat atau sifat-sifat individualistik nafsu eksploitatif (tamak atau rakus), borjuistik, materialistik dan hedonistik (hubbud dunya wakaraahatul maut), yang menjadi pemicu munculnya malapetaka kehidupan di muka bumi ini (al-fasadu fil ardhi).

c. Tujuan

Berdasarkan makna di atas, maka layanan konseling islami secara umum bertujuan agar individu menyadari jati dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi, serta mampu mewujudkannya dalam beramal shaleh (ibadah mahdhah / hablum minallah, dan ghair mahdhah / hablum minannas) dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Secara khusus konseling islami bertujuan membantu individu agar memiliki sikap, kesadaran, pemahaman, atau perilaku sebagai berikut.

1) Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya sebagai makhluk atau hamba Allah

2) Memiliki kesadaran akan fungsi hidupnya di dunia sebagai khalifah

3) Memahami dan menerima keadaan dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) secara sehat

4) Memiliki kebiasaan yang sehat dalam cara makan, tidur , dan menggunakan waktu luang.

5) Bagi yang sudah berkeluarga seyogyanya menciptakan iklim keluarga yang fungsional

6) Memiliki komitmen diri untuk senantiasa mengamalkan ajaran agama (beribadah) dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas

7) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar atau bekerja yang positif

8) Memahami masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah dan sabar

9) Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah atau stress

10) Mampu mengubah persepsi atau minat

11) Mampu mengambil hikmah dari musibah (masalah) yang dialami

12) Mampu mengontrol emosi dan berusaha meredamnya dengan introspeksi diri

d. Bidang Konseling

Konseling islami terkait dengan pengembangan potensi atau fitrah individu dan juga masalah-masalah yang dialaminya. Manusia memiliki fitrah untuk berkembang kea rah kehidupan yang bermakna. Dalam hal ini konseling memfasilitasi individu agar berkembang menjadi manusia yang produktif dan kontibutif.

Adapun bidang konseling yang terkait dengan masalah-masalah yang mungkin dialami individu dapat dikategorikan ke dalam beberapa kategori, yaitu:

1) Bidang Pribadi, yaitu menyangkut masalah-masalah yang bersifat pirbadi, atau yang berakhlak buruk dalam menghadapi kehidupan.

2) Bidang sosial. Individu sebagai makhluk sosial, mau tidak mau dalam kehidupannya harus berinteraksi dengan orang lain yang memiliki karakteristik yang beragam. Keragaman ini disamping dapat memperkaya hazanah budaya bangsa, tetapi juga potensial untuk menimbukan konflik atau disharmonisasi interaksi sosial. Untuk mencegah konflik tersebut, maka melalui konseling, individu dibantu untuk mengembangkan sikap-sikap sosial, seperti altruis, empati, kooperasi, dan toleransi.

3) Bidang pernikahan dan keluarga. Dalam kehidupan nyata dewasa ini, tidak sedikit orang yang melecehkan pernikahan ini. Untuk mereka banyak yang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan biologisnya (nafsu birahi). Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, individu perlu diberikan konseling (marriage conseling), agar memiliki pemahaman akan kaidah pergaulan yang islami dan kemampuan untuk menahan diri dari perbuatan ma’shiyat. Pernikahan ini melahirkan keluarga. Dalam keluarga inilah penataan kehidupan pribadi dan sosial kemasyarakatan dimulai. Keharmonisan interaksi antar anggota keluarga akan memperlancar penataan tersebut dan dapat mengembangkan pribadi anak yang berakhlakul karimah.

4) Belajar (Thalabul ‘ilmi). Dalam Islam belajar atau mencari ilmu hukumnya wajib. Yang menjadi masalah bagi umat Islam dewasa ini adalah bahwa di kalangan umat Islam belum tercipta budaya belajar yang diharapkan, semangat sehingga tingkat pendidikannya relative masih rendah. Berdasarkan fenomena tersebut, maka umat Islam perlu diberikan layanan konseling agar mereka memiliki kesadaran belajar sepanjang hayat dan memperoleh pencerahan pikiran.

5) Pekerjaan (karir). Kepedulian konseling dalam kaitan dengan bidang pekerjaan ini adalah membantu individu agar menyadari bahwa bekerja merupakan salah satu kewajiban agama, memiliki sikap positif terhadap pekerjaan yang halal, memiliki etos kerja yang tinggi, dan memanfaatkan hasil kerjanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga serta infak fii sabilillah.

e. Kegiatan Layanan

Kegiatan konseling dapat dilakukan dengan beberapa layanan bantuan, yaitu;

1) Tabayyun, yaitu memperoleh kejelasan informasi atau data mengenai pribadi klien. Layanan ini berkaitan dengan upaya memahami karakteristik pribadi klien sebelum memberikan treatment atau intervasi.

2) Al-Hikmah, yaitu memberikan wawasan keilmuan atau memberikan informasi tentang berbagai hal yang bermakna bagi klien dalam upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan potensi dirinya.

3) Mau’idhah (taushiah), yaitu pemberian nasihat kepada klien yang mengalami masalah secara individual.

4) Mujadalah, yaitu upaya menciptakan situasi yang dialogis dalam proses konseling secara kelompok.

f. Karakteristik Konselor

Konselor yang islami adalah mereka yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Beriman kepada dan bertaqwa Allah SWT

2) Berakhlakul karimah (seperti jujur, bertanggung jawab, ramah, dan kreatif)

3) Memiliki kemampuan professional (memiliki wawasan keilmuan dan keterampilan dalam bidang konseling).

Berdasarkan paparan di atas, secara skematik konseling islami itu dapat dijelaskan sebagai berikut.



B. PERANAN AGAMA

Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan dan pengembangan mental (rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut.

a. Memelihara fitrah

b. Memelihara jiwa

c. Memelihara akal

d. Memelihara keturunan

Mengenai kaitan keimanan kepada Tuhan dan pengamalan ajaran-Nya dengan kesehatan mental, dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut, yaitu sebagai berikut.

1) Surat at-Tiin ayat 5-6

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6)

“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa manusia akan mengalami kahidupan yang hina / jatuh martabatnya termasuk juga kehidupan psikologis yang tidak nyaman (mentalnya tidak sehat) kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih (berbuat kebaikan).

2) Surat Al-‘Ashr

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”

Bahwa semua manusia akan mengalami kerugian (celaka hidupnya, tidak tenteram, atau perasaan resah dan gelisah) kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, dan saling mewasiati dengan kebenaran dan kesabaran.

3) Surat Al-Ra’du ayat 28

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.“

Menurut Zakiah Dradjat (1982) sebagaimana yang dikutif oleh Dr. Syamsu Yusuf 7(2005:139) salah satu peranan agama adalah sebagai terapi (penyembuhan) bagi gangguan kejiwaan. Pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi orang dari kejatuhan kepada gangguan jiwa dan dapat pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang yang gelisah. Semakin dekat seseorang kepada Tuhan, semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tenteramlah jiwanya, serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Demikian pula sebaliknya, semakin jauh orang itu dari agama akan semakin susahlah mencari ketenteraman batin.

Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Shalat dan do'a merupakan medium dalam agama untuk menuju jke arah kehidupan yang berarti.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta praktik-praktik kehidupan politik dan ekonomi yang tidak berlandaskan agama telah menyebabkan berkembangnya gaya hidup (life style) materialistik (hubbuddunya) dan hedonistik di kalangan warga masyarakat. Dampak lebih jauhnya dari gaya hidup tersebut adalah merebaknya dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai agama, baik di kalangan orang dewasa, remaja, maupun anak-anak.

Dekadensi moral itu seperti terjadinya kasus-kasus yang terkait dengan larangan 5M, yaitu (1) Madat = narkoba dan miras; (2) Madon = berzina, prostitusi, free sex, atau kumpul kebo ( samen leven); (3) Maling = korupsi, mencuri, mencopet, dan ngompas; (4) Main = berjudi; dan (5) Mateni = membunuh ( diri sendiri maupun orang lain).

Ayat syifaaun liman fish shuduur, terkandung maksud bahwa Al-Qur'an merupakan obat yang dapat menyembuhkan atau menghilangkan berbagai penyakit hati manusia. Penyakit manusia itu di antaranya sebagai berikut:

1) Al-Isyraku Billah (menyekutukan Allah)

2) Riya (bersikap pamer, ingin di puji)

3) Al-Kufru Ilallah (menolak perintah dan larangan Allah)

4) An-Nifaq (sikap ragu dalam beriman kepada Allah)

5) Al-Hasad (sikap dengki dan iri hati)

6) Al-Ifsad (sikap dan perilaku destruktif)

7) Takabur (sikap sombong)

8) Bakhil (kikir)

9) Hubbud dunya (sangat mencintai dunia dan melupakan akhirat)

10) Hubbusysyahawat (mempertuhankan hawa nafsu)

11) Al-Hazan (selalu merasa cemas, sedih, stress, atau mudah frustasi)

12) Al-Kasal (malas)

13) Su’udhan (berburuk sangka)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an Digital versi 2.0

Mappiare, Andi AT. 2004. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya