0

Makalah Bimbingan dan Konseling : Pendidikan Keagamaan


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konseling merupakan sebagai salah satu upaya professional adalah berdimensi banyak. Jika dilihat dari latar belakangnya, konseling muncul karena adanya sejumlah petanyaan yang perlu dijawab individu dan untuk itu perlu adanya bantuan professional. Jika dilihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan professional yang sejajar dengan misalnya, psikiatris, psikoterapi, kedokteran, dan penyuluhan sosial. Dilihat kedudukannya dalam proses keseluruhan bimbingan, guidance, konseling merupakan bagian integral, atau teknik andalan, bimbingan dan di sini orang lazim menggabungkannya menjadi “Bimbingan dan Konseling”

Manusia menurut sifat hakikinya adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya.

Apabila manusia dan lingkungannya bersikap acuh tak acuh atau bahkan melecehkan ajaran agama, dipastikan akan mengalami kehidupan yang tuna agama, tidak akrab dengan nilai-nilai atau hukum-hukum agama, sehingga perilakunya akan bersifat impulsive, instinktif, atau hanya mengikuti hawa nafsu. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan konseling yang sifatnya religius. Maka dalam paper ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan konseling religius.

B. TUJUAN

Paper ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Sebagai ajuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

2. Memahami tentang konseling yang berhubungan dengan masalah keagamaan


Text Box: BAB 2PENDEKATAN KEAGAMAAN

DALAM PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING

A. KONSELING ISLAM

a. Pengertian

Terkait dengan konseling islami ini, berikut dikemukakan beberapa pengertiannya.

1. Imam Magid (www.isna.net) sebagaimana dikutip oleh Dr. Syamsu Yusuf (2005:70) mengemukakan bahwa “Islamic Counseling emphasizes spiritual solutions, based on love and fear of Allah and the duty of fulfil our responsibility as the servants of Allah on this earth”. Selanjutnya dia mengatakan bahwa konseling islami itu diorientasikan untuk memecahkan masalah (a) pernikahan dan keluarga, (b) kesehatan , dan (c) kesadaran beragama.

2. Proses bantuan yang diberikan kepada individu (baik secara perorangan maupun kelompok) agar memperoleh pencerahan diri dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama (aqidah, ibadah, dan akhlak mulia) melalui uswatun hasanah (contoh tauladan yang baik), pembiasaan atau pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yang berlangsung sejak usia dini sampai usia tua, dalam upaya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran dan komitmen beragamanya (primordial kemakhlukannya yang fitrah = tauhidullah) sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan kebahagiaan hidup bersama, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

4. Proses pemaknaan diri dalam kebermaknaan sosial, atau proses pengembangan pribadi yang bercirikan keshalihan individual (ritual) dan keshalihan sosial.

b. Prinsip

Menurut dia, konseling islami mempunyai beberapa prinsip, yaitu; (a) kerahasiaan (confidentiality), (b) kepercayaan (trust), (c) kecintaan berbuat baik kepada orang lain, (d) mengembangkan sikap persaudaraan, atau menciptakan sikap damai di antara sesama, (e) memperhatikan masalah-masalah kaum muslimin, (f) memiliki kebiasaan untuk mendengarkan yang baik, (g) memahami budaya orang lain, (h) adanya kerjasama antara ulama dan konselor, (i) memiliki kesadaran hukum, (j) bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, dan (k) menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai model (uswatun hasanah) utama dalam kehidupan, khususnya menyangkut sikap kasih sayangnya kepada orang lain.

Konseling ini merupakan proses motivasional kepada individu (manusia) agar memiliki kesadaran untuk “come back to religion”. Karena agama akan memberikan pencerahan terhadap pola sikap, pikir dan perilakunya kea rah kehidupan personal dan sosial yang sakinah, mawadah, rahmah, dan ukhuwah, sehingga manusia akan terhindar dari mental yang tidak sehat atau sifat-sifat individualistik nafsu eksploitatif (tamak atau rakus), borjuistik, materialistik dan hedonistik (hubbud dunya wakaraahatul maut), yang menjadi pemicu munculnya malapetaka kehidupan di muka bumi ini (al-fasadu fil ardhi).

c. Tujuan

Berdasarkan makna di atas, maka layanan konseling islami secara umum bertujuan agar individu menyadari jati dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi, serta mampu mewujudkannya dalam beramal shaleh (ibadah mahdhah / hablum minallah, dan ghair mahdhah / hablum minannas) dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Secara khusus konseling islami bertujuan membantu individu agar memiliki sikap, kesadaran, pemahaman, atau perilaku sebagai berikut.

1) Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya sebagai makhluk atau hamba Allah

2) Memiliki kesadaran akan fungsi hidupnya di dunia sebagai khalifah

3) Memahami dan menerima keadaan dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) secara sehat

4) Memiliki kebiasaan yang sehat dalam cara makan, tidur , dan menggunakan waktu luang.

5) Bagi yang sudah berkeluarga seyogyanya menciptakan iklim keluarga yang fungsional

6) Memiliki komitmen diri untuk senantiasa mengamalkan ajaran agama (beribadah) dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas

7) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar atau bekerja yang positif

8) Memahami masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah dan sabar

9) Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah atau stress

10) Mampu mengubah persepsi atau minat

11) Mampu mengambil hikmah dari musibah (masalah) yang dialami

12) Mampu mengontrol emosi dan berusaha meredamnya dengan introspeksi diri

d. Bidang Konseling

Konseling islami terkait dengan pengembangan potensi atau fitrah individu dan juga masalah-masalah yang dialaminya. Manusia memiliki fitrah untuk berkembang kea rah kehidupan yang bermakna. Dalam hal ini konseling memfasilitasi individu agar berkembang menjadi manusia yang produktif dan kontibutif.

Adapun bidang konseling yang terkait dengan masalah-masalah yang mungkin dialami individu dapat dikategorikan ke dalam beberapa kategori, yaitu:

1) Bidang Pribadi, yaitu menyangkut masalah-masalah yang bersifat pirbadi, atau yang berakhlak buruk dalam menghadapi kehidupan.

2) Bidang sosial. Individu sebagai makhluk sosial, mau tidak mau dalam kehidupannya harus berinteraksi dengan orang lain yang memiliki karakteristik yang beragam. Keragaman ini disamping dapat memperkaya hazanah budaya bangsa, tetapi juga potensial untuk menimbukan konflik atau disharmonisasi interaksi sosial. Untuk mencegah konflik tersebut, maka melalui konseling, individu dibantu untuk mengembangkan sikap-sikap sosial, seperti altruis, empati, kooperasi, dan toleransi.

3) Bidang pernikahan dan keluarga. Dalam kehidupan nyata dewasa ini, tidak sedikit orang yang melecehkan pernikahan ini. Untuk mereka banyak yang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan biologisnya (nafsu birahi). Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, individu perlu diberikan konseling (marriage conseling), agar memiliki pemahaman akan kaidah pergaulan yang islami dan kemampuan untuk menahan diri dari perbuatan ma’shiyat. Pernikahan ini melahirkan keluarga. Dalam keluarga inilah penataan kehidupan pribadi dan sosial kemasyarakatan dimulai. Keharmonisan interaksi antar anggota keluarga akan memperlancar penataan tersebut dan dapat mengembangkan pribadi anak yang berakhlakul karimah.

4) Belajar (Thalabul ‘ilmi). Dalam Islam belajar atau mencari ilmu hukumnya wajib. Yang menjadi masalah bagi umat Islam dewasa ini adalah bahwa di kalangan umat Islam belum tercipta budaya belajar yang diharapkan, semangat sehingga tingkat pendidikannya relative masih rendah. Berdasarkan fenomena tersebut, maka umat Islam perlu diberikan layanan konseling agar mereka memiliki kesadaran belajar sepanjang hayat dan memperoleh pencerahan pikiran.

5) Pekerjaan (karir). Kepedulian konseling dalam kaitan dengan bidang pekerjaan ini adalah membantu individu agar menyadari bahwa bekerja merupakan salah satu kewajiban agama, memiliki sikap positif terhadap pekerjaan yang halal, memiliki etos kerja yang tinggi, dan memanfaatkan hasil kerjanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga serta infak fii sabilillah.

e. Kegiatan Layanan

Kegiatan konseling dapat dilakukan dengan beberapa layanan bantuan, yaitu;

1) Tabayyun, yaitu memperoleh kejelasan informasi atau data mengenai pribadi klien. Layanan ini berkaitan dengan upaya memahami karakteristik pribadi klien sebelum memberikan treatment atau intervasi.

2) Al-Hikmah, yaitu memberikan wawasan keilmuan atau memberikan informasi tentang berbagai hal yang bermakna bagi klien dalam upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan potensi dirinya.

3) Mau’idhah (taushiah), yaitu pemberian nasihat kepada klien yang mengalami masalah secara individual.

4) Mujadalah, yaitu upaya menciptakan situasi yang dialogis dalam proses konseling secara kelompok.

f. Karakteristik Konselor

Konselor yang islami adalah mereka yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Beriman kepada dan bertaqwa Allah SWT

2) Berakhlakul karimah (seperti jujur, bertanggung jawab, ramah, dan kreatif)

3) Memiliki kemampuan professional (memiliki wawasan keilmuan dan keterampilan dalam bidang konseling).

Berdasarkan paparan di atas, secara skematik konseling islami itu dapat dijelaskan sebagai berikut.



B. PERANAN AGAMA

Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan dan pengembangan mental (rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut.

a. Memelihara fitrah

b. Memelihara jiwa

c. Memelihara akal

d. Memelihara keturunan

Mengenai kaitan keimanan kepada Tuhan dan pengamalan ajaran-Nya dengan kesehatan mental, dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut, yaitu sebagai berikut.

1) Surat at-Tiin ayat 5-6

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6)

“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa manusia akan mengalami kahidupan yang hina / jatuh martabatnya termasuk juga kehidupan psikologis yang tidak nyaman (mentalnya tidak sehat) kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih (berbuat kebaikan).

2) Surat Al-‘Ashr

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”

Bahwa semua manusia akan mengalami kerugian (celaka hidupnya, tidak tenteram, atau perasaan resah dan gelisah) kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, dan saling mewasiati dengan kebenaran dan kesabaran.

3) Surat Al-Ra’du ayat 28

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.“

Menurut Zakiah Dradjat (1982) sebagaimana yang dikutif oleh Dr. Syamsu Yusuf 7(2005:139) salah satu peranan agama adalah sebagai terapi (penyembuhan) bagi gangguan kejiwaan. Pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi orang dari kejatuhan kepada gangguan jiwa dan dapat pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang yang gelisah. Semakin dekat seseorang kepada Tuhan, semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tenteramlah jiwanya, serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Demikian pula sebaliknya, semakin jauh orang itu dari agama akan semakin susahlah mencari ketenteraman batin.

Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Shalat dan do'a merupakan medium dalam agama untuk menuju jke arah kehidupan yang berarti.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta praktik-praktik kehidupan politik dan ekonomi yang tidak berlandaskan agama telah menyebabkan berkembangnya gaya hidup (life style) materialistik (hubbuddunya) dan hedonistik di kalangan warga masyarakat. Dampak lebih jauhnya dari gaya hidup tersebut adalah merebaknya dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai agama, baik di kalangan orang dewasa, remaja, maupun anak-anak.

Dekadensi moral itu seperti terjadinya kasus-kasus yang terkait dengan larangan 5M, yaitu (1) Madat = narkoba dan miras; (2) Madon = berzina, prostitusi, free sex, atau kumpul kebo ( samen leven); (3) Maling = korupsi, mencuri, mencopet, dan ngompas; (4) Main = berjudi; dan (5) Mateni = membunuh ( diri sendiri maupun orang lain).

Ayat syifaaun liman fish shuduur, terkandung maksud bahwa Al-Qur'an merupakan obat yang dapat menyembuhkan atau menghilangkan berbagai penyakit hati manusia. Penyakit manusia itu di antaranya sebagai berikut:

1) Al-Isyraku Billah (menyekutukan Allah)

2) Riya (bersikap pamer, ingin di puji)

3) Al-Kufru Ilallah (menolak perintah dan larangan Allah)

4) An-Nifaq (sikap ragu dalam beriman kepada Allah)

5) Al-Hasad (sikap dengki dan iri hati)

6) Al-Ifsad (sikap dan perilaku destruktif)

7) Takabur (sikap sombong)

8) Bakhil (kikir)

9) Hubbud dunya (sangat mencintai dunia dan melupakan akhirat)

10) Hubbusysyahawat (mempertuhankan hawa nafsu)

11) Al-Hazan (selalu merasa cemas, sedih, stress, atau mudah frustasi)

12) Al-Kasal (malas)

13) Su’udhan (berburuk sangka)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an Digital versi 2.0

Mappiare, Andi AT. 2004. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya



0 komentar:

Posting Komentar