1

Hidup Adalah Pilihan

PILIHAN

Oleh: Muhammad Nuh

Hidup penuh pilihan, seperti itulah kesimpulan pendek ketika rute hidup selalu berhadapan pada pertigaan, perempatan jalan pilihan. Saat itulah kendaraan hidup harus berani menentukan pilihan, kalau kendaraan ingin terus melaju pada titik tujuan.

Pada kenyataannya, kegiatan memilih memang bukan sesuatu yang menyenangkan. Sulit, bahkan kadang menyesakkan. Karena pilihan kerap menawarkan banyak kemungkinan. Itulah yang dirasakan seorang ibu ketika terkatung-katung dalam aneka pilihan masakan saat berada di pasar. Mau masak apa? Seperti itu pula ketika lulusan SMU sibuk meneropong masa depannya. Mau pilih jurusan apa?

Pada keadaan tertentu, manusia kadang lebih bodoh dari hewan, ketika pilihan tak memiliki rambu. Beberapa jenis burung dan serangga bisa tak salah pilih jalan ketika bermigrasi melintas benua tanpa berbekal radar. Bahkan ketika ada rambu pun pilihan manusia bisa salah. “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. 76: 3)

Kenapa? Jawabannya mirip dengan anak kecil yang diperintah ibunya membeli sepuluh telur. Si anak berangkat dengan berbekal rambu yang jelas. Di tengah jalan, anak itu tertarik dengan jajanan permen. Kenapa mesti beli sepuluh, piker sang anak. Bukankah enam saja sudah cukup. Dan uang kembaliannya bisa dibelikan permen. Semua anggota keluarga bisa makan telur, dan permen bisa terbeli.

Ternyata bukan hanya rambu dan akal yang ikut bermain menentukan pilihan. Nafsu pun tak mau ketinggalan. Sehingga akhir pilihan memenuhi dua keuntungan: ada yang tercukupi, dan ada yang terpuaskan. Cukup buat tuntunan rambu. Dan terpuaskan buat sang nafsu.

Hidup memang tidak bisa lepas dari kegiatan memilih. Selalu saja ada perempatan atau pertigaan jalan pilihan. Siapkan rambu dan akal sehat. Karena nafsu memang tak akan pernah terpuaskan.

Sumber: Majalah Saksi; Rubrik Nasihat Edisi 1 Tahun VII/2004